POLSUB – Inovasi digital berhasil dilakukan oleh Dosen Politeknik Negeri Subang (POLSUB). Kali ini, tiga dosen dari Jurusan Teknologi Informasi dan Komputer tersebut berhasil menciptakan sebuah alat Smart IoT (Internet of Things) yang bisa mendeteksi kemanisan buah nanas untuk membantu para Petani nanas, khususnya yang ada di Kabupaten Subang.
Terlebih, Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil buah nanas terbesar di Provinsi Jawa Barat, dan menjadi penyuplai buah nanas untuk supermarket dan industry yang berada di luar wilayah Subang. Sehingga, kebutuhan nanas akan terus meningkat setiap waktu.
Namun, saat ini para petani, penjual, dan pengepul buah nanas yang ada di Kabupaten Subang masih memilah buah nanas yang akan didistribusikan secara menual. Mereka menentukan kemanisan buah nanas secara subjektif berdasarkan pada aroma dan warna kulit buah nanas.
Observasi juga dilakukan di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang pada 08 September 2024. Kebanyakan para pertain hanya melihat fisik nanas berdasarkan perspektif sendiri tanpa ada standardarisasi kemanisan buah nanas.
Hal itulah yang membuat para tim peneliti dari POLSUB yaitu, Dwi Vernanda, Nunu Nugraha Purnawan, Tri Herdiawan Apandi, Bersama mahasiswa Program Studi D3 Sistem Informasi tergerak untuk mengatasi permasalah tersebut, yaitu supaya nanas yang akan didistribusikan benar – benar manis secara objektif.
“Hasil obsevasi yang kami lakukan menunjukkan bahwa para petani masih memilah buah nanas yang akan didistribusikan dengan cara manual dan subjektif. Hal itu memerlukan waktu yang lama serta hasil yang tidak akurat dikarenakan keterbatasan visual manusia dalam menilai warna serta setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda,” kata Dwi Vernanda, ketua tim pencipta Smart IoT.
Alat hasil penelitian berupa Smart IoT Pendeteksi Kemanisan Buah Nanas tersebut merupakan sebuah sistem pengklasifikaian kemanisan buah nanas secara non destruktif yang terhubung dengan IoT. ”Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan sensor RGB dalam menganalisis warna kulit nanas dan menentukan tingkat kemanisan buah nanas supaya benar – benar akurat,” tambah Dosen yang juga menjabat sebagai Koordinasi Program Studi Sistem Informasi tersebut.
Nunu Nugraha Purnawan juga menambahkan dalam proses penentuan kemanisan, Smart IoT tersebut menggunakan tingkat kemanisan buah nanas dengan tiga kelas pengkategorian, yaitu Manis A memiliki nilai brix 14-17, Manis B bernilai brix 10-13, dan Manis C memiliki nilai brix kurang dari 10.
Bahkan, alat ini diklaim bisa mendeteksi kemanisan buah nanas tanpa merusak fisik dari buah tersebut. Hal tersebut sangat penting mengingat konsumen melihat kualitas buah nanas berdasarkan ciri fisik yang dimilikinya, seperti ukuran buah nanas, warna kulit buah nanas, bentuk mahkota, tingkat kemanisan, kadar air dan vitamin yang terkadung didalamnya.
“Smart IoT ini dapat digunakan oleh petani dan pengepul nanas untuk mendeteksi tingkat kemanisan nanas secara otomatis tanpa merusak buah nanas, sehingga mereka bisa menjual nanas yang memiliki standard kemanisan,” terang Nunu.
Selain bisa digunakan oleh para petani, Smart IoT Alat Pendeteksi Kemanisan Buah Nanas tersebut juga bisa digunakan oleh pengepul, yaitu untuk menjaga kualitas nanas agar tetap baik dan diterima oleh konsumen. “Dengan alat ini, petani dapat menggunakan hasil deteksi untuk menentukan waktu panen, sedangkan pengepul dan pedagang dapat memastikan kualitas nanas yang akan didistribusikan sesuai dengan permintaan konsumen,” ungkap Dwi Vernanda.
Para pengepul dan kelompok tani dari Desa Cirangkong pun sangat menyambut baik penggunaan alat Smart IoT tersebut. Yadi Ruhyadi salah satu Pengepul buah nanas yang memiliki 20 karyawan merasa sangat terbantu dengan adanya alat tersebut. Terlebih, kebutuhan buah nanas yang memiliki standarisasi kemanisan juga sangat diperlukan olehnya untuk disupply ke berbagai macam industry.
“Ini sangat membantu kami, khususnya pengepul seperti saya untuk memilah buah nanas secara otomatis. Apalagi konsumen saya adalah para industry pengolahan nanas dan juga ke beberapa industry di Jepang,” ungkap Yadi.